TRADISI
JALAN SALIB
Perhentian 1
Yesus dihukum mati
Sesudah ditangkap Yesus mula-mula dihadapkan ke sidang
Sanhedrin. Pada keesokan harinya Ia dibawa ke Pengadilan Pilatus. Pilatus
bertanya kepada orang-orang Yahudi, “Apakah tuduhanmu terhadap orang ini?”
Mereka menjawab dengan mengajukan saksi-saksi dusta. Kemudian Pilatus memanggil
masuk ke dalam Gedung Pengadilan dan memanggil Yesus untuk ditanyai tentang
tuduhan mereka.
Tetapi Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun
seperti yang dituduhkan mereka kepada Yesus. Maka Pilatus berusaha melepaskan
Yesus, namun oleh desakan para tua-tua, ahli-ahli Taurat dan seluruh rakyat,
Pilatus menjatuhkan hukuman mati; ia menyerahkan Yesus kepada rakyat Yahudi
untuk disalibkan (Cfr. Yoh18:38 ; Yoh19:16).
“Salib bagi orang-orang yang akan binasa memang
merupakan kebodohan, tetapi bagi kita yang diselamatkan Salib adalah kekuatan
Allah.” (Cfr. 1Kor1:18)
Perhentian 2
Yesus memanggul Salib
Yesus tidak bersalah namun dijatuhi hukuman mati.
Setelah diolok-olok, diludahi, dimahkotai duri dan disesah, Yesus dibawa keluar
dari balai pengadilan untuk disalibkan. “Sambil memikul salib-Nya Yesus pergi
ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.” (Cfr.Yoh19:17)
Dengan memanggul sendiri Salib-Nya, Yesus telah
mengajar kita, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Cfr. Luk9:23)
Perhentian 3
Yesus jatuh untuk pertama
kalinya
Perjalanan Yesus ke Golgota semakin lama semakin jauh
meninggalkan kota. Banyak darah keluar dari luka-luka-Nya. Badan lelah, penat
dan lemah. Beban Salib pun terasa semakin berat. Apalagi masih diperberat
dengan penderitaan batin:ditinggalkan oleh para murid-Nya, ditolak oleh
bangsa-Nya, dan dijatuhi hukuman mati sekalipun tidak bersalah.
Sungguh bukan hanya Salib yang dipanggul Yesus,
melainkan juga dosa-dosa kita. “Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita,
Dia diremukkan oleh karena kesalahan kita, hukuman yang mendatangkan
keselamatan kita ditimpakan kepada-Nya.” ( Cfr. Yes53:5)
Perhentian 4
Yesus berjumpa dengan ibu-Nya
Para murid Yesus telah lari, sehingga Yesus harus
menapaki jalan sengsara-Nya seorang diri. Tetapi dalam perjalanan sengsara ini
ternyata masih ada Maria, ibu-Nya, yang setia menderita bersama Dia. Ibu Yesus
ternyata bukan hanya Maria. Yesus sendiri menegaskan, “Siapapun yang melakukan
kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku
perempuan, dialah ibu-Ku!” (Cfr. Mat12:50)
Perhentian 5
Yesus ditolong oleh simon dari
Kirene
Yesus sangat letih dan lemah, padahal tempat yang
dituju masih jauh. “Maka para serdadu menahan seorang yang bernama Simon dari
Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib Yesus diatas
bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.” (Cfr. Luk23:25)
Memanggul Salib merupakan ukuran kelayakan seorang
pengikut Yesus, karena Yesus sendiri bersabda barangsiapa tidak memikul
salib-Nya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Cfr.Mat19:28)
Jadi, bagi orang Kristen salib sungguh tidak
terelakkan. Salib adalah beban yang harus kita pikul. Namun, kita akan mampu
memikul beban berat itu kalau kita saling membantu. “Bertolong-tolonganlah
menanggung bebanmu! Maka kamu memenuhi hukum Kristus!” (Cfr. Gal6:2)
Perhentian 6
Wajah Yesus diusap oleh
Veronika
Wajah Yesus kotor oleh darah, keringat dan debu.
Semarak dan ketampanan wajah-Nya terasa sirna. Tepatlah gambaran Yesaya,
“Banyak orang akan tertegun memandang Dia; begitu buruk rupa-Nya, tidak seperti
manusia lagi; dan tampaknya tidak seperti anak manusia lagi. Ia tidak tampan
dan semaraknya pun tidak ada, sehingga kita tidak tertarik untuk memandang Dia;
dan rupa pun tidak sehingga kita menginginkannya; Ia dihina dan dihindari
orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia
sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia.” (Cfr. Yes52:14 ; Yes53:2-3)
Kendati begitu masih ada orang yang bersimpati pada
Yesus, yakni Veronika, Ia maju mendekati Yesus, lalu mengusap wajah-Nya. Dengan
tindakannya yang sederhana Veronika telah menolong orang yang menderita. Ia
memberi contoh kepada kita mengamalkan amanat salah seorang Rasul Yesus,
“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang
yang menangis!” (Cfr. Rom12:15)
Perhentian 7
Yesus jatuh untuk kedua
kalinya
Kendati sudah ditolong oleh Simon dari Kirene dan
wajah-Nya sudah dibersihkan, tubuh Yesus tidak bertambah segar. Salib yang
menindih terasa semakin berat. Perjalanan masih jauh. Yesus semakin payah
Untuk kedua kalinya Yesus jatuh. Meskipun begitu
dengan teguh hati Ia bangun. Diangkat-Nya lah kembali Salib berat itu; Ia
meneruskan perjalanan tanpa mengeluh.
Apa yang dinubuatkan Yesaya kini menjadi kenyataan,
“Dia dianiaya, Dia membiarkan diri ditindas, dan tidak membuka mulut-Nya,
seperti anakdomba yang dibawa ke tempat pembantaian; seperti induk domba yang
kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka
mulut-Nya.” (Cfr. Yes53:7)
Perhentian 8
Yesus menghibur
perempuan-perempuan yang menangisi-Nya
Tatkala Yesus menapaki jalan Salib-Nya menuju Golgota,
banyak orang mengikuti Dia; diantaranya banyak wanita yang menangisi dan
meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, “Hai puteri-puteri
Yerusalem, janganlah Engkau menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri
dan anak-anakmu!” (Cfr. Luk23:28)
Kita sering tidak punya waktu dan hati untuk orang
lain. Kita sibuk dengan diri kita sendiri saja. Apalagi kita merasa bahwa
penderitaan kitalah yang paling berat, dan orang lainlah penyebab penderitaan
kita. “Kita sendiri susah, mana mungkin harus menghibur orang lain?” Beginilah
kita sering membela diri.
Yesus memberi teladan supaya kita menghibur orang
lain, meskipun kita sendiri sedang menderita. Tetapi lebih dari itu, kita perlu
menangisi diri kita sendiri. Kita perlu bertobat dan mengajak orang lain untuk
bertobat.
Perhentian 9
Yesus jatuh untuk ketiga
kalinya
Hari semkain panas. Jalan yang menuju puncak Golgota
semakin menanjak. Tubuh Yesus yang semakin lemah tidak mampu menahan beban
Salib yang berat. Untuk ketiga kalinya Yesus jatuh,
Tubuh-Nya terbanting di tanah yang berbatu-batu. Darah
kemblai mengucur dari luka-luka-Nya. Dengan sisa tenaga-Nya, Yesus berusaha
bangun. Yesus mau menyelesaikan perjalanan sampai ke puncak Golgota.Cinta-Nya
keapda manusia dan ketaatan kepada kehendak Bapa-Nya memberikan kekuatan yang
begitu besar kepada Yesus.
Beban Yesus semakin berat kalau kita sering jatuh
dalam dosa; atau kalau kita menjatuhkan orang lain. Dengan jatuh dan bangun
lagi Yesus mengajar kita untu tidak putus asa. Kalau kita jatuh dalam dosa,
kita bangun lagi.
Perhentian 10
Pakaian Yesus ditanggalkan
Sesampai di puncak Golgota para prajurit menanggalkan
pakaian Yesus dengan paksa. Mereka mengambil pakaian Yesus, lalu membaginya
menjadi empat bagian; untuk tiap-tiap prajurit satu bagian. Demikian juga
jubah-Nya mereka amabil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas sampai ke bawah
hanya satu tenunan. Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain;
“Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita
membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatkannya.” Maka genaplah yang
ada tertulis dalam Kitab Suci, “Mereka membagi-bagikan pakaian-Ku
diantara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku.” (Cfr. Yoh19:23-24)
Yesus telah menajdi manusia yang paling hina.
Bagaimanakah sikap kita terhadap-Nya? Sudahkah kita melakukan seperti yang
dikatakan Yesus pada hari penghakiman?- “Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu
mengunjungi Aku. Sebab sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk
salah seorang yang paling hina ini kamu melakukannya untuk Aku.” (Cfr. Mat25:36)
Perhentian 11
Yesus disalibkan
Sampailah mereka di tempat yang bernama Golgota, yang
berarti tempat tengkorak. Para serdadu memberikan anggur bercampur mur kepada
Yesus, tetapi Yesus menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Dia. (Cfr. Mrk15:22-24a)
“Manusia lama kita telah turut disalibkan bersama
Yesus, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan
diri lagi kepada dosa.” (Cfr. Rm6:6)
Perhentian 12
Yesus wafat di kayu Salib
Ketika itu hari sudahkira-kira pukul duabelas siang,
lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai pukul tiga, sebab matahari
tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan
suara nyaring, “Ya Bapa , ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!” Dan sesudah
berkata demikian, Yesus menyerahkan nyawa-Nya (Cfr. Luk23:44-46)
Kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang menjaga
Yesus menjadi sangat takut menyaksikan wafat Yesus secara demikian. Mereka
berkata, “Sungguh orang ini adalah Anak Allah!” (Cfr. Mat27:54)
“Jika kita telah mati bersama Kristus, kita percaya
bahwa kita akan hidup juga bersama Dia. Maka hendaklah kita semua sadar; kita
telah mati bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Cfr. Rm6:8)
Perhentian 13
Yesus diturunkan dari Salib
Di dekat Salib Yesus berdirilah Maria, ibu-Nya,
saudara ibu-Nya Maria istri Kleopas, dan Maria Magdalena.
Salah seorang prajurit menikam lambung Yesus, dan segera keluarlah darah serta
air (Cfr. Yoh19:25 ; Yoh19:nbsp ; 34). Hari mulai malam. Maka
Yusuf dari Arimatea, yang telah menjadi murid Yesus, memberanikan diri
menghadap Pilatus untuk meminta jenazah Yesus. Pilatus heran waktu mendengar
Yesus sudah mati. Setelah mendengar keterangan kepala pasukan, ia berkenan
memberikan jenazah Yesus (Cfr. Mrk15:42-46)
Maria menerima jenazah Yesus di pangkuannya. Maria
melaksanakan apa yang pernah dikatakannya, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah
keapdaku menurut perkataanmu.” (Cfr..Luk1:38) Maria memang pantas menjadi teladan setia orang
beriman. Ketika Yesus menderita, ia tetap setia berada di samping-Nya.
Perhentian 14
Yesus dimakamkan
“Para murid
mengambil jenazah Yesus dan mengafaninya dengan kain lenan, dan memburatinya
dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. Dekat
tempat Yesus disalibkan ada sebuah kubur baru yang didalamnya belum pernah
dimakamkan seseorang. Maka mereka membaringkan mayat Yesus disitu”. (Cfr. Yoh19:40-42).
“Kita semua, yang telah dibaptis dalam Kristus, telah
dibaptis dalam kematian-Nya. Oleh pembaptisan kita telah dikuburkan bersama-sama
Dia, supaya, sama seperti Kristus dibangkitkan dari antara orang mati oleh
kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup secara baru.” (Cfr.Rm6:3-4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar