MILLAU VIADUCT
DISUSUN
OLEH :
MUHAMMAD IKHSAN (03011181722004)
ERIC (03011281722042)
MUHAMMAD REZA FAHLEVI (03011381722126)
DOSEN
PENGAMPU :
DR. BETTY SUSANTI, S.T., M.T.
DR. MONA FORALISA TOYFUR, S.T., M.T.
BIMO BRATA ADHITYA, S.T., M.T.
JURUSAN
TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas tentang Millau
Viaduct.
Berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikannya. Meskipun masih banyak kekurangan yang tidak lain adalah
semata-mata karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan tulus penulis mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang tidak
terhingga kepada:
1. Ibu Dr. Betty Susanti, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Peralatan Dan
Metode Pelaksanaan Konstruksi yang tidak kenal lelah meluangkan waktunya serta
selalu memberikan motivasi, saran, dan bimbingan untuk penulis.
2. Kedua orang tua dan teman-teman atas saran, kritik dan koreksi yang
membantu untuk menciptakan kesempurnaan makalah.
Penulis menyadari segala kekurangan dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari pembaca untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Palembang, April 2020
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jembatan
Millau (le Viaduc de
Millau) adalah
sebuah jembatan jalan bersanggahkan kabel yang menyeberangi lembah Sungai Tarn
di pegunungan Massif Central dekat Millau di selatan Perancis. Jembatan unik
ini kini bukan hanya jadi sarana transportasi tapi juga ajang wisata. Banyak
wisatawan yang ingin menjajal berkendaraan bersamaan dengan awan yang berarak
di sekelilingnya serta mengambil foto cantik jembatan ini. Menurut
Chirac, pembangun jembatan ini merupakan keajaiban dan menjadi lambang kemajuan
teknik sipil Prancis. Jembatan ini juga berfungsi sebagai simbol dari kemoderan
Prancis.
Pada 1980-an, lalu lintas jalan yang tinggi
di dekat Millau di lembah Tarn menyebabkan kemacetan, terutama di musim panas
karena lalu lintas liburan pada rute dari Paris ke Spanyol. Metode melewati
Millau telah lama dipertimbangkan, tidak hanya untuk memudahkan aliran dan
mengurangi waktu perjalanan untuk lalu lintas jarak jauh, tetapi juga untuk
meningkatkan kualitas akses ke Millau untuk bisnis lokal dan penduduknya. Salah
satu solusi yang dipertimbangkan adalah pembangunan jembatan jalan untuk
membentang sungai dan lembah ngarai.
Jembatan
Millau menjadi salah satu jembatan dengan pencapaiaan terbesar dalam bidang
konstruksi. Jembatan ini melewati jurang dengan kedalaman lebih dari 200 m. Hal
ini membuat suatu struktur jembatan yang masif dan merupakan salah satu
jembatan dengan bentang terpanjang. Dengan struktur yang tidak biasa
menimbulkan banyak tantangan konstruksi yang harus dihadapi oleh perencana dan
kontraktor.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
gambaran umum dan data teknis proyek Millau
Viaduct?
2. Bagaimana
tahapan pelaksanaan proyek Millau Viaduct?
3. Bagaimana
metode pelaksanaan pekerjaan proyek Millau
Viaduct?
4. Bagaimana
peralatan yang digunakan dalam proyek Millau
Viaduct?
5. Bagaimana
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengerjaan proyek?
6. Bagaimana
cara kontraktor menyelesaikan permasalahan/kesulitan tersebut?
7. Bagaimana
aspek-aspek yang terkait dengan keselamatan konstruksi dan keselamatan operasional
dari bangunan tersebut?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk:
1. Memahami gambaran umum dan data teknis
proyek Millau Viaduct.
2. Memahami tahapan pelaksanaan proyek Millau Viaduct.
3. Memahami metode pelaksanaan pekerjaan
proyek Millau Viaduct.
4. Memahami peralatan yang digunakan dalam
proyek Millau Viaduct.
5. Memahami permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dalam pengerjaan proyek.
6. Memahami cara kontraktor menyelesaikan
permasalahan/kesulitan tersebut.
7. Memahami aspek-aspek yang terkait
dengan keselamatan konstruksi dan keselamatan operasional dari bangunan
tersebut.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berdasarkan studi kepustakaan. Studi
kepustakaan dilakukan untuk pengambilan bahan dan pengumpulan data berdasarkan
pada buku-buku, majalah, video, jurnal dan lain-lain yang menggambarkan
gambaran secara umum serta informasi terhadap materi yang dibahas dalam
makalah.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Deskripsi dan Data Proyek Millau Viaduct
(Muhammad Ikhsan/03011181722004)
Gambar 2.1.1. Millau Viaduct
(Sumber : eiffage.com)
2.1.1. Deskripsi proyek
Millau Viaduct,
merupakan jembatan dengan jenis cable
stayed bridge. Jembatan ini terletak di Millau, Prancis. Jembatan ini berada
pada urutan kedua sebagai jembatan cable
stayed terpanjang dengan bentang 2.460 m, setelah jembatan Jiaxing-Shaoxing.
Jembatan ini juga termasuk dalam jembatan dengan tertinggi di dunia dengan
tinggi puncak 336,4 m. Kedua kombinasi ini menjadikannya salah satu capaian
terbesar dalam sejarah konstruksi pembangunan jembatan. Hal ini tentunya juga
menimbulkan banyak tantangan dan permasalahan saat proses pembangunan, yang
mengharuskan kontraktor dan perencana melakukan inovasi yang cerdas.
Jembatan cable stayed adalah jembatan dengan
tower-tower (pylon) yang menyangga
lantai jembatan dengan bantuan kabel-kabel. Jembatan tipe lain yang menggunakan
elemen kabel adalah jembatan suspension.
Perbedaan antara jembatan cable stayed dan
suspension adalah dari struktur kabel
dan juga aliran gaya dalam pada struktur. Jembatan cable stayed mengandalkan tower-tower sebagai struktur tumpuan
utama. Kabel-kabel yang dipasang diagonal menyebabkan dihasilkannya gaya
horizontal, yang menyebabkan gaya tekan pada lantai kendaraan. Hal ini
menyebabkan lantai kendaraan pada jembatan cable
stayed harus lebih kuat dibandingkan dengan jembatan suspension. Jembatan suspension
dibuat untuk bentang yang lebih besar dimana gaya tekan akibat beban gravitasi
tidak terjadi. Hal ini karena aliran gaya untuk komponen horizontal dibawa oleh
kabel utama dan diteruskan langsung ke tanah melalu pengangkuran
di ujungnya.
di ujungnya.
Gambar 2.1.2. Jembatan Cable Stayed (atas) Suspension (bawah)
(Sumber: theconstructor.org)
Millau Viaduct ini juga bukan jembatan cable stayed konvensional. Hal ini karena jembatan konvensional cable stayed ditopang di kedua sisi, namun jembatan ini hanya ditopang pada tengah dek jembatan. Hal ini tentunya menambah kerumitan dari struktur jembatan tersebut, mengingat dek jembatan terdiri dari 4 lajur yang tentunya memiliki beban yang besar. Kabel jembatan ini dipasang dengan pola seperti kipas, yang ditunjukkan oleh gambar 1.3.
Gambar 2.1.3. Jembatan Cable Stayed pola kipas
(Sumber: wikipedia.com)
Millau Viaduct didesain oleh Michel
Virlogeux, insinyur struktur Prancis dan Norman Foster, arsitek Inggris. Millau Viaduct adalah
bagian dari jalan A75–A71 dari Paris menuju Béziers
dan Montpellier. Pada
tahun 1980, terjadi kemacetan di dekat Millau di jurang Tarn, terutama saat
musim libur karena perjalanan Paris ke Spanyol. Membuat jalan melewati Millau
telah dipertimbangkan sejak lamaa, selain untuk mengurangi kemacetan, juga
untuk mengingkatkan kualitas akses ke Millau dan juga meningkatkan kualitas
ekonomi dan masyarakatnya. Viaduct ini dibuat untuk menghubungkan rute utara ke
selatan kedua Prancis, A75 yang terpisah oleh jurang.
Rencana
awal didiskusikan pada tahun 1987 dan keputusan dibuat pada Oktober 1991 dengan
membuat jembatan yang melewati jurang Tarn dengan panjangn 2.500 m. Pada tahun
1993-1994, pemerintah berkonsultasi dengan 7 arsitek dan 8 insinyur struktur,
Pada tahun 1995-1996, studi lanjutan dilakukan. Pada tahun 1995, pemerintah
mengadakan sayembara desain.
Pada tahun 1996 ditetapkan jenis jembatan yang
akan dibangun adalah tipe cable stayed
dengan beberapa buah bentang, seperti yang diajukan oleh Michel Virlogeux dan
Norrman Foster. Desain tersebut kemudian dilelang untuk kontrak konstruksi.
Eiffage memenangkan kontrak pada Agustus 2001.
Jembatan yang dibuat merupakan alternatif dari beberapa rute yang dapat dibangun yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1.4. Alternatif Rute
(Sumber: wikipedia.com)
1. Great
Eastern ( rute
kuning) — melewati timur Millau dan melalui
jurang Tarn dan Dourbie dibutuhkan dua jembatan panjang dan tinggi (bentang 800
m dan 1000 m). Konstruksi yang dilakukan akan menemui banyak masalah. Namun,
tidak memenuhi kebutuhan dari Millau itu sendiri.
2. Great Western ( rute hitam ) — lebih panjang dari
pilihan 1 sepanjang 12 km, mengikuti jurang Cernon. Konstruksi akan lebih mudah
dan akan dibangun empat jembatan, namun akan berdampak negative bagi
lingkungan.
3. Near RN9 (rute merah ) — akan melayani kota Millau dengan baik, namun sulit
untuk dibangun karena permasalahan teknis. Pembangunan dengan rute ini akan
sangat berdampak bagi struktur yang telah ada.
4. Intermediate
( rute biru ) — didukung dengan pendapat lokal, namun medannya sulit,
melintasi jurang Tarn. Setelah diselidiki lebih lanjut, medan ini sebenarnya
dapat diatasi.
Opsi keempat dipilih pada tanggal 28
Juni 1989, dengan adanya dua kemungkinan, yaitu:
1. Alternatif
jalan dengan elevasi tinggi dengan membangun jembatan panjang 2.500 m dengan
ketinggian lebih dari 200 m di atas sungai.
2. Alternatif jalan dengan
elevasi rendah. Jalan dibangun menuruni jurang, kemudian melintasi sungai
sepanjang 200 m, lalu ke jembatan dengan panjang 2.300 m, lalu menuju
terowongan ke sisi Larzac.
Setelah dilakukan studi, alternative
jalan dengan elevasi rendah diabaikan, karena bisa memotong muka air,
memberikan dampak negatif ke kota sekitar, biaya lebih mahal dan memperpanjang
waktu perjaalanan. Alternatif jalan dengan elevasi tinggi diterima pada 29
Oktober 1991. Kemudian konsep pembangunan itu direncanakan lebih lanjut dan
Millau Viaduct dengan panjang 2.460 m terbangun.
2.1.2. Data Umum Millau Viaduct
Berikut
ini adalah data umum proyek Millau Viaduct:
Koordinat : 44°04′46″N 03°01′20″E
Jumlah lajur : 4 lajur rute A75
Lokasi :
Millau-Creissels, Averyon, Prancis
Nama Resmi : le Viaduc de Millau
Pemelihara : Compagnie Eiffage du Viaduc de
Millau
Desain : Jembatan cable stayed bentang banyak
Material : Baja, beton
Desainer :
Dr Michel Virlogeux (structural engineer)
Norman Foster (architect)
Kontraktor : Compagnie Eiffage du Viaduc de Millau
Anak perusahaan kontraktor : Eiffel
Construction Métallique
Supplier
baja struktural : Dillinger Hütte GTS
Supplier beton : SATM
Awal konstruksi :
16 Oktober 2001
Biaya konstruksi :
€ 394.000.000
Diresmikan :
14 Desember 2004
Dibuka :
16 Desember 2004
Melintasi : Sungai Tarn
Metode konstruksi : Longitudinal launcing dengan penahan sementara
2.1.3. Data Teknis Millau Viaduct
Jembatan
Millau dengan inovasinya yang hebat, berhasil memecahkan banyak rekor dan sulit
untuk membayangkan angka-angka yang berkaitan dengan jembatan ini. Situs resmi
dari jembatan ini (leviaducdemillau.com) merilis data jembatan tersebut dalam
angka dengan perbandingan yang mudah dibayangkan, sebagai berikut:
1. Panjang
jembatan = 2.460 m
Jembatan ini terdiri dari 8 bentang yang ditopang oleh 7 tower. Dua bentang awal dan akhir memiliki panjang 204 m dan enam bentang tengah memiliki panjang 342 m. Menara Eiffel bisa muat diantara kedua tower tengah.
Gambar 2.1.5. Segmen Millau Viaduct
(Sumber: leviaducdemillau.com)
2. Pada puncak masa konstruksi, hampir 600 pekerja bekerja pada area konstruksi.
Gambar 2.1.6. Ilustrasi Pekerja
(Sumber: leviaducdemillau.com)
3. Lebar dek atau lantai kendaraan jembatan adalah 32 m yang terdiri dari 4 lajur. Hal ini setara dengan 17 kali panjang lengan orang yang direntangkan.
Gambar 2.1.7. Dek Jembatan
(Sumber: leviaducdemillau.com)
4. Berat dek baja 36.000 ton atau setara dengan 5.100 berat gajah afrika.
Gambar 2.1.8. Ilustrasi Berat Dek
Baja
(Sumber: leviaducdemillau.com)
5. Tinggi maksimum dari permukaan tanah adalah 343 m atau 19 m lebih tinggi dibandingkan Menara Eiffel.
Gambar 2.1.9. Ilustrasi Tinggi Jembatan
(Sumber: leviaducdemillau.com)
6. Tinggi pylon adalah 87 m dari atas jalan, dimana setara dengan bangunan bertingkat 29 lantai.
Gambar 2.1.9. Ilustrasi Tinggi Pylon
(Sumber: leviaducdemillau.com)
7. Jumlah beton yang digunakan adalah sebanyak 206.000 ton atau sekitar 85000 m3. Hal ini setara dengan 5 kapal Charles de Gaulle yang dimuati penuh.
Gambar 2.1.10. Ilustrasi Berat Beton
(Sumber: leviaducdemillau.com)
8. Jumlah
pier/tower/pylon : 7
9. Tinggi
pier tertinggi : 245 m (P2)
10. Biaya
konstruksi : €400 M
(Rp7,2 triliun, kurs April 2020)
11. Radius
kurvatur : 20 km
(horizontal)
12. Jumlah
kabel : 154
kabel (11 pasang per pylon)
13. Masa
konsesi : 78
tahun (konstruksi dan operasi)
14. Masa
konstruksi : 3 tahun
15. Umur
jaminan : 120 tahun
16. Gaya
tarik satu kabel : 900 sampai
1.200 ton
17. Slope longitudinal : 3,025%
Gambar 2.1.11. Potongan Memanjang
Jembatan
(Sumber: Steelbridge, 2004)
18. Tinggi
dari muka air/jurang : 270 m
19. Tinggi
dek jembatan : 4,2 m
20. Tinggi
pier :
P1 : 94,50 m
P2 : 244,96 m
P3 : 221,05 m
P4 : 144,21 m
P5 : 136,42 m
P7 : 111,94 m
21. Tinggi
pylon dari dek : 88,92 m
22. Data
tanah dan geologis :
Gambar 2.1.12. Kondisi Tanah yang Disimplifikasi
(Sumber: F. Schlosser, dkk., 2013)
Kondisi
batuan yang ditemukan di sekitar lokasi proyek adalah batuan sedimen yang
kebanyakn terdiri dari batu kapur dolomit dan marls. Studi tentang patahan
tektonik, menunjukkan bahwa terdapat patahan lama pada abutment C0 jembatan.
Terdapat juga beberapa patahan tak aktif pada pier P4 dan pier P7 dan abutment
C8. Patahan yang berpengaruh terhadap proses konstruksi adalah patahan pada
pier P4, yang mengaharuskan adanya adaptasi dari fondasi yang dibuat.
Sebelum
dilakukan konstruksi, dilakukan survei tanah oleh Eiffage TP, dimana dilakukan
bor sedalam 10 m di bawah tiang pancang dan 15 m di bawah fondasi untuk
abutment. Penentuan lapisan tanah di laboratorium dengan sampel yang kecil
tidak dapat merepresentasikan gambaran keseluruhan, karena terdapat
ketidaklanjutan lapisan yang ada, sehingga perlu dilakukan dengan metode semi
empiris. Penentuan kekuatan lapisan tanah dan batuan dilakukan dengan metode
semi empiris dengan menggabungkan tes geoteknik dan observasi geologi pada
lubang bor yang ada.
Terdapat
tiga tipe lapisan batuan yang ditemukan yaitu:
a. Batuan kapur dolomit Bajocian pada
abutment C0, merupakan batuan yang sangat keras dengan unconfined compressive strength, Rc=110 MPa.
b. Marls terkompaksi pada pier P7 dan pier
P6 dengan unconfined compressive strength
Rc= 10–15 MPa.
c. Batuan kapur Hettangian pada pier P4
dan abutment C0 dengan unconfined
compressive strength Rc= 50–70 MPa.
Dapat
disimpulkan bahwa lapisan marls lebih
tidak kuat dibandingkan dengan lapisan batuan kapur. Ini menjadi alasan bahwa
fondasi di lapisan marls akan
diperbesar pada ujung bawahnya dan lebih panjang dibandingkan dengan fondasi
yang berada di lapisan batuan kapur. Selain itu lapisan marls juga mudah untuk tergeser yang akan mempengaruhi lapisan
atasnya. Perhitungan dilakukan pada pile
P2 dan pile P6. Pile P2 menahan tiang tertinggi
pada lapisan batuan kapur. Pile P6 menahan tiang dengan ketinggian sedang pada lapisan marls.
pada lapisan batuan kapur. Pile P6 menahan tiang dengan ketinggian sedang pada lapisan marls.
Gambar 2.1.13. Sistem Fondasi pada
Jembatan Millau
(Sumber: F. Schlosser, dkk., 2013)
Gambar 2.1.13. Gaya Desain Sistem
Fondasi pada Jembatan Millau
(Sumber: F. Schlosser, dkk., 2013)
23. Dek Jalan
Gambar 2.1.14. Dek Jalan
(Sumber: Steelbridge, 2004)
Berat jalan adalah
sekitar 36.000 ton, dengan panjang 2.460 m dan lebar 32 m. Dek jalaln
ini terdiri dari 173 balok tengah. Balok tengah memiliki dimensi 4 m dan
panjang 15-22 m dengan total berat 90 ton. Dek memiliki bentuk airfoil terbalik agar tahan terhadap
udara bertekanan tinggi.
24. Kabel
Jembatan
Gambar 2.1.15. Kabel Jembatan
(Sumber: Steelbridge, 2004)
Setiap tiang jembatan dilengkapi dengan lapisan monoaksial dari
sebelas pasang kabel baja yang diletakkan saling berhadapan. Kabel-kabel baja ini terbentuk dari tujuh helai baja. Setiap
untai dilindungi terhadap korosi (galvanisasi, lapisan lilin dari minyak bumi dan
sarung yang diekstrusi dengan polyethylene).
Kabel ini terbuat dari
kawat T 15 dengan kualitas
1860 Mpa. Setiap
kabel ini diselubungi oleh lapisan
aerodinamik yang terbuat dari non-injected
PEHD yang berwarna putih. Selubung ini untuk ketahanan terhadap sinar UV. Selain itu, permukaan kabel baja dilapisi dengan weatherstrip heliks ganda sepanjang kabel tersebut. Hal ini untuk menghindari air yang mengalir dimana pada kondisi angin
tinggi, dapat menyebabkan getaran pada kabel baja dan membahayakan stabilitas
jembatan tersebut.
Jumlah
kabel bervariasi. Pada bagian dekat pylon
terdiri dari 45 kabel T 15s dan pada tengah bentang terdiri dari 91 kabel T
15s. Kabel ini diangker pada sumbu dari central reservation dengan jarak angker
masing-masing 12,51 m yang mengikuti curvature
dari struktur jembatan ini. Angker
hidup kabel terletak pada deck dan
diangker mati pada pylon.
25. Kuantitas material yang digunakan
Pekerjaan tanah Platform 350000 m3
Teknik Sipil Tiang pondasi
· Beton 6000 m3
· Tulangan 1200 ton
Pelat pondasi
· Beton 13000 m3
· Tulangan 1300 ton
Tiang jembatan
· Beton 53000 m3
· Tulangan 10000 ton
· Tulangan
pre stress 200 ton
Abutment
· Beton 5500 m3
· Tulangan 550 ton
Tiang sementara
· Beton 7500 m3
· Tulangan 400 ton
Struktur Baja Deck
· Baja
S 355 23500 ton
· Baja
S 460 12500 ton
Pylon
· Baja
S 355 3200 ton
· Baja
S 460 1400 ton
Kabel 1500
ton
Temporary pier dan baja trimmers
· Baja
S 355 3200 ton
· Baja
S 460 3200 ton
Telescoping
cage 400 ton
2.2. Tahapan Pelaksanaan Proyek Millau Viaduct
(Muhammad
Ikhsan/03011181722004)
2.2.1. Tahapan Proyek Konstruksi Millau Viaduct
a. Ground Breaking
Pada tahapan ini dilakukan pembersihan pada lokasi
proyek.
b.
Worksite
facility
Pekerjaan jembatan ini dilakukan oleh grup EIFFAGE dimana
EIFFAGE TP menangani bagian yang berhubungan dengan teknik sipil dan merupakan
kontraktor utama dari grup ini, EIFFEL menangani bagian struktur baja.
Worksite facility
ada 4 zona yang luas totalnya kira-kira 8 ha. Untuk membantu kinerja dari 4
zona tempat kerja ini maka ada fasilitas dengan luas rata-rata 3500 m2
yang berada dekat dari setiap tiang jembatan.
Dengan menggunakan pylon
dan deck yang prefabrikasi mengurangi
luas lahan yang dibutuhkan untuk tempat kerja dari jembatan ini. Walaupun
begitu, area dari jembatan ini juga tetap dijaga dengan ketat karena dibutuhkan
pada saat konstruksi pier, abutment, perakitan deck dan pylon.
Gambar
2.2.1. Fase
Konstruksi dari Pier
c. Pembangunan pier
Setiap pier
membutuhkan tempat kerja masing-masing. Dikarenakan bentuk pier yang berubah menurut ketinggiannya, maka tahapan pengecoranpun
sangat bervariasi. Tinggi jatuh pengecoran setinggi 4 m. Bekisting yang
digunakan pada pier ini adalah self climbing formwork untuk bagian luar
pier dan crane assisted formwork untuk bagian dalam dari pier. Untuk ketelitian dari pembuatan pier ini digunakan GPS.
Gambar 2.2.2. Ujung Atas dari Pier
d. Pembuatan deck jembatan dengan prefabrikasi
Penampang melintang deck
yang digunakan didesain oleh EIFFEL. Dalam tahap pendesainannya memperhitungkan
faktor prefabrikasi, transportasi, perakitan dan pemasangan.
Deck
ini
dikirim ke lokasi dalam bentuk seperangkat elemen yang terlepas-lepas yang
terdiri dari :
1. Central box girder
dengan lebar 4 m dan tinggi 4,2 m
2. Pengaku
berbentuk plat 3,75 m sampai 4,2 m
3. Side girder
dengan lebar 3.84 m
4. Diaphragm transversal
dari girder
Gambar
2.2.3. Penampang
Melintang Deck
Proses pengerjaan dari deck ini sebagai berikut :
1. Dilakukan
fabrikasi untuk elemen central box girder (1,8,9,10), elemen deck (2,3,6,7) dan lateral box girder (4) di pabrik EIFFEL di Lauterbourg. Kemudian
elemen deck (2,3,6,7) dan lateral box
girder (4) dibawa ke lokasi proyek.
2. Untuk
elemen central box girder (1,8,9,10)
dibawa menuju pabrik EIFFEL di Fos-sur-Mer.
3. Dilakukan
perakitan dari central box girder di
Fos-sur-Mer.
4. Kemudian
central box girder yang telah dirakit
dibawa ke lokasi proyek.
Untuk pembuatan 2078 elemen deck yang mulai dilakukan pada tahun 2004, EIFFEL melengkapi
pabriknya dengan teknologi yang sangat canggih, di antaranya :
· Mesin
pemotong dengan gas plasma yang mampu mencapai suhu flame-oxygen mixture hingga
28000°C dengan sangat cepat mampu memotong baja sepanjang 1,8 m per menit
dengan tingkat keakuratan yang tinggi
· Dua
mesin las otomatis
· Auto-lifting trailer
yang mampu memikul hingga 160 ton
· Automatic laser tacheometers
untuk mengecek ukuran dari deck.
Hingga selesainya proyek jembatan ini dilakukan 2000 kali
pengiriman elemen jembatan. 173 buah central
box girder yang tiba di Fos-sur-Mer dalam bentuk lepasan. Setelah proses
perakitan selesai maka central box girder
dikirim ke lokasi proyek dengan panjang 15-22 m dan berat maksimum 90 ton
dengan pengiriman 3 unit per minggu. Lateral
girder dibawa ke lokasi proyek dengan panjang 20-24 m dengan berat maksimum
40 ton.
e. Perakitan deck di lokasi proyek
Di lokasi proyek dibangun 2 on site factories masing-masing di belakang abutment yang dilengkapi dengan peralatan untuk pengelasan,
pengecatan, crane dan material-handling gantry untuk berat 90
ton. Masing-masing pabrik terdiri dari 3 zona dengan kegunaannya masing-masing.
1. Zona
pertama yang terletak paling jauh dari abutment
untuk tempat penyambungan dari central
box girder.
2. Zona
dua digunakan untuk perakitan antara central
box girder dengan elemen deck yang
lain.
3. Zona
tiga digunakan untuk pengecatan dan pemasangan pelindung dari deck tersebut.
Pada setiap lokasi
perakitan dilengkapi dengan 75 orang yang melakukan pengelasan. Untuk penampang
deck selebar 171 m dibutuhkan 5 ton plat pengaku dan untuk keseluruhan deck dibutuhkan kira-kira 150 ton plat
pengaku.
Gambar
2.2.4. Prefabrikasi
pada Lokasi Proyek
f. Peluncuran deck
Deck
ini diluncurkan dari sisi utara jembatan dan berakhir di final joining. Dikarenakan deck
yang diluncurkan maka pada ujung atas dari pier
dilengkapi dengan metal trimmer pada
bagian sistem peluncuran yang terdiri dari peralatan penyeimbang dan 4 translator yang saling tersusun. Sistem
ini diletakkan dibawah badan deck dan
diletakkan tiap 21 m arah longitudinal.
Sistem ini memungkinkan untuk terjadinya rotasi arah memanjang dari deck. Pada sistem ini juga dilengkapi dengan 2 cradle yang masing-masingnya dilengkapi dengan translator yang merupakan suatu sistem yang terdiri dari dongkrak hidrolis arah horizontal. Hal ini memungkinkan terjadinya displacement arah horinzontal dari deck sebesar 600 mm.
Gambar
2.2.5. Prinsip
Pergerakan Translasi
dari Deck
Prinsip pergerakan
translasi dari deck :
1. Pada
saat tenang deck ditopang oleh cradle.
2. Dongkrak
pengangkat mengakibatkan wedge bergeser
dan mengangkat deck sehingga deck menumpu pada runner.
3. Kemudian
rel yang menopang deck bergerak
horizontal akibat gaya yang dikeluarkan oleh dongkrak horizontal.
4. Setelah bergerak sejauh 600 mm, wedge bergerak kembali ke posisinya
semula.
Seluruh sistem pergerakan translasi dari deck ini dikontrol dan bergerak karena
kekuatan hidrolis. Pada saat peluncuran dari deck yang dimulai dari dekat abutment,
jembatan sudah harus dilengkapi dengan satu pylon
lengkap dengan kabelnya untuk menghindari jatuhnya deck yang sedang dipasang. Untuk menghindari terjadinya getaran
yang besar pada kabel saat konstruksi dari jembatan, maka dipasang kabel tegak
lurus sementara. Namun di lain pihak hal ini juga meningkatkan frekuensi dari
getaran yang terjadi. Pada ujung dari deck pada tahap konstruksi terdapat
hidung yang berfungsi sebagai penyetabil apabila terjadi berhenti mendadak
dikarenakan angin yang sangat besar. Ide
dari konstruksi jembatan ini diusulkan oleh konsultan Greisch dimana pada tahap
konstruksi memanfaatkan fleksibilitas dari deck dengan bentuk double curve.
Gambar 2.2.6.
Deck pada saat Peluncuran
g. Akhir dari fase konstruksi jembatan
Pada sambungan terakhir (final joining) membutuhkan pelaksanaan
yang sangat teliti dibawah pengawasan meteorological
yang baik. Pada sambungan terakhir ini
harus dijamin kontinuitas dari jembatan yang telah dibangun.
Setelah membahas pembuatan deck, maka akan lanjut membahas mengenai konstruksi dari pylon. Pylon baja ini dibuat di pabrik Frouard
di Munch yang merupakan cabang dari Eiffel. Prinsip pembuatannya sama dengan deck, setelah selesai dibuat di pabrik
maka akan dibawa ke lokasi dengan panjang minimal pylon 12 m dan berat maksimum 1 unit 75 ton.
Yang agak berbeda terjadi pada pembuatan dari pylon Py2 dn
Py3 dimana didirikan sebelum deck
menyatu. Pylon Py2 dan Py3 dirakit di bawah kemudian diangkat menggunakan crane yang mampu memikul berat 850 ton.
Sedangkan pemasangan dari ujung Py2 dan Py3 yang panjangnya 17 m dilakukan
setelah deck benar-benar telah
menyatu. Setelah deck dari arah utara
dan selatan itu benar-benar menyatu barulah Py1, Py4, Py5, Py6, Py7 dipasang
dimana berat masing-masing pylon 650 ton.
Gambar 25.
Pengiriman dan Pengangkatan
Pylon
Setelah
proses ini selesai maka pekerjaan terakhir yang harus dilakukan adalah menyetel
kabel yang terpasang pada setiap pylon
dan melepas aksesoris tambahan sementara yang diperlukan selama pembuatan
jembatan.
2.2.2. Flowchart Tahapan Proyek
Konstruksi Millau Viaduct
Grafik 2.2.1.
Flowchart Tahapan Proyek Konstruksi Millau Viaduct
2.3. Metode Pelaksanaan Konstruksi Millau Viaduct
(Muhammad Reza
Fahlevi/03011381722126)
Memiliki
panjang hampir 2,5 km dengan ketinggian puncak tiang yang lebih tinggi dari
Menara Eiffel. Dikerjakan pada ketinggian awan, tentu merupakan tantangan yang
tinggi dalam pengerjaan jembatan ini. Faktor alam tak luput menjadi sandungan
utama dalam pengerjaannya. Metode pekerjaannya haruslah dengan cerdik menjawab
segala tantangan yang ada.
Jembatan
ini dibangun dengan menggunakan metode pelaksanaan ILM (Incremental Launching
Method). ILM adalah suatu metode erection pada jembatan bentang panjang yang
sudah diimplementasikan di Rio Caroni Bridge di Venezuela pada tahun 1962.
Metode ini ditemukan oleh Prof. Dr. Ing. F. Leonhardt dan partnernya Willi
Baur. Metode ini telah dipatenkan sejak tahun 1967.
Gambar
2.3.1. Metode ILM
(Sumber
: Suanda, B. 2012)
Syarat teknis untuk menggunakan
metode erection ILM pada jembatan ini antara lain adalah:
a.
Jembatan type box segmental.
b.
Jembatan beralinement lurus atau kurva
tetap.
c. Requirement
alinemen adalah harus berada dalam range gradient 7% dan cross fall 5%. Minimum
radius in plan 350 m dan radius in elevation 2000 m.
d.
Jembatan berpenampang section tetap.
e.
Jembatan dengan kelangsingan tinggi (ratio
span to depth berkisar 12-18).
f.
Bentang jembatan berkisar 30-50 m.
g.
Max slope lantai jembatan 6%.
Metode
jembatan ini dibangun biasanya karena adanya syarat bahwa tidak diperbolehkan
adanya gangguan pada sisi bawah lantai jembatan. Metode ini mengharuskan
tersedianya lahan yang cukup luas di lokasi belakang abutment untuk produksi
segment lantai jembatan.
Adapun
mekanisme proses pelaksanaan erection jembatan dengan menggunakan metode ILM
ini dapat dijelaskan secara prinsip sebagai berikut:
1.
Lantai jembatan diproduksi di area
belakang jembatan secara kontinu tiap segment. Segment tersebut dihubungkan
secara monolit dengan segment sebelumnya. Panjang segment berkisar 15 – 25 m.
Gambar
2.3.2. Produksi Lantai Jembatan
(Sumber
: https://www.leviaducdemillau.com)
2.
Pada bagian ujung depan lantai dipasang
Nose yang terbuat dari struktur baja. Nose tersebut akan berfungsi sebagai
tambahan lantai sedemikian mengurangi momen yang besar yang terjadi ketika
rangkaian plat lantai membentuk struktur Cantilever. Nose berfungsi mengurangi
besarnya momen kantilever yang terjadi. Nose didesain seringan mungkin untuk
mengurangi tambahan beban yang harus dipikul oleh struktur lantai jembatan.
Struktur Nose memiliki panjang sekitar 65% terhadap bentang jembatan yang
typical.
Gambar
2.3.3.
Nose
(Sumber
: https://www.leviaducdemillau.com)
3.
Pada saat segment yang telah diproduksi
dan umur beton telah mencukupi, maka seluruh lantai jembatan didorong dengan
menggunakan metode Pulling Jack yang dipasang di abutment.
Gambar
2.3.4. Metode Pulling Jack
(Sumber
: Suanda, B. 2012)
4.
Permukaan pilar dikondisikan memiliki
tahanan geser yang kecil. Hal ini untuk memudahkan proses mendorong rangkaian
segment lantai jembatan. Dapat menggunakan suatu alat khusus dengan permukaan
teflon.
Gambar
2.3.5. Mendorong rangkaian segment lantai
jembatan
(Sumber
: Suanda, B. 2012)
5.
Jika diperlukan berdasarkan perhitungan,
dapat ditambahkan temporary support di tengah bentang antara pilar
jembatan. Temporary support ini akan berfungsi mengurangi besarnya momen
yang dipikul oleh struktur plat lantai jembatan.
Gambar
2.3.6. Temporary
support
(Sumber
: https://www.leviaducdemillau.com)
6.
Pilar jembatan dapat ditambahkan
perkuatan. Hal ini disebabkan jembatan akan mendapat beban horizontal tambahan
selama proses launching. Tambahan beban ini akan mempengaruhi kemampuan pilar
dalam menahan beban. Untuk mengatasi tambahan beban gaya horizontal, maka pilar
dipasang perkuatan kabel.
Gambar
2.3.7.
Pilar dipasang perkuatan Kabel
(Sumber
: https://www.leviaducdemillau.com)
Keuntungan
dari metode ILM
Keuntungan
dari metode ILM adalah:
a.
Tidak memerlukan perancah dalam pembuatan
struktur lantai jembatan.
b.
Tidak menggangu area di bawah lantai jembatan.
c.
Kebutuhan lahan di belakang jembatan
relatif minim karena lokasi fabrikasi segment tidak berpindah tempat.
d.
Waktu pelaksanaan lebih cepat.
Kelemahan dari metode ILM
Kelemahan dari metode ILM adalah:
a.
Hanya dapat diaplikasikan pada bentang jembatan
pendek atau terbatas.
b.
Diperlukan beberapa struktur sementara
yaitu nose, temporary tower, perkuatan pilar, dan lain-lain.
c.
Hanya dapat digunakan pada jembatan lurus
atau kurva tetap.
d.
Membutuhkan area bebas dibelakang jembatan
sebagai lokasi fabrikasi segment lantai jembatan.
2.4. Peralatan dalam Konstruksi Millau Viaduct
(Muhammad Reza
Fahlevi/03011381722126)
a. Penggunaan baja modern
Pemilihan baja modern yang akan
digunakan dapat mengurangi biaya produksi dan waktu pengerjaan, misalnya pelat
dengan ukuran lebar berkisar sampai di atas 4.200 mm dan panjang untuk 23 m.
Hal ini memungkinkan sebuah pengoptimalan perakitan dari deck pada setiap bagiannya, tanpa kebutuhan tambahan las.
Penggunaan primered
plates dapat mengurangi waktu fabrikasi dan biaya. Hampir setengah
struktur terdiri struktural baja dengan kekuatan tinggi berbutir halus DI-460
MC. Proses produksi yang khusus menggunakan suatu teknik yang dikenal sebagai thermomechanical rolling yang dapat
dikombinasi dengan tegangan tinggi dengan menggunakan pengelasan yang sempurna.
Keuntungan
menggunakan baja:
a.
Penggunaan deck jembatan yang ramping dan lebih ringan (dengan menggunakan
baja, berat deck-nya mencapai 36.000
t lebih ringan jika dibandingkan dengan deck
dari beton yang bisa mencapai berat 120.000 t)
b. Pengurangan tinggi
box girder 4,20 m (tekanan angin yang rendah)
- Dapat menjaga keamanan saat pengerjaan dikarenakan
penggunaan teknik pengerjaan bertahap yang dapat mengurangi kebutuhan untuk
bekerja di ketinggian (Prefabrication dan preassembly).
c. Minimalisasi
jumlah tegangan kabel dan landasan kerja.
d.
Durability (dirancang untuk
umur jembatan 120 tahun).
e.
Pengurangan
biaya proyek keseluruhan.
f.
Mengurangi
waktu dan biaya pengelasan pada saat fabrikasi.
b. Pylon
Pylon
yang digunakan pada jembatan ini berbentuk huruf Y
terbalik dan menggunakan baja S355 dan S460. Secara longitudinal, kontinuitas
dari pylon dipastikan dengan adanya
hubungan antara pelat baja pada badan box
girder dengan kaki pylon. Kaki pylon ini memiliki ketinggian 38 m dan
terdiri dari 2 metal box girder. Pada
bagian atas kaki pylon dengan
ketinggian 49 m, dimana merupakan letak kabel dari jembatan ini diangker.
Tinggi total pylon ini adalah 87 m.
Dari tinggi ini masih ada kelebihan lagi sekitar 17 m pada bagian puncak pylon yang murni untuk keindahan bukan
struktural. Berat masing-masing pylon sekitar
700 ton.
Gambar 2.4.1. Pylon
c. Kabel
Setiap
tiang jembatan ini dilengkapi dengan lapisan monoaxial dari sebelas pasang
kabel baja yang diletakkan saling berhadapan. Kabel-kabel baja ini terbentuk
dari tujuh helai baja (seuntai pusat dengan enam untai terjalin). Setiap untai
memiliki tiga perlindungan terhadap korosi (galvanisasi, lapisan lilin dari
minyak bumi dan sarung yang diekstrusi
dengan polyethylene).
Kabel
ini terbuat dari kawat T 15 dengan mutu 1860 Mpa. Setiap kabel ini diselubungi
oleh selubung aerodinamik yang terbuat dari non-injected PEHD yang berwarna
putih. Selubung ini berfungsi untuk ketahanan terhadap sinar UV. Selain itu, permukaan
kabel baja juga dilapisi dengan weatherstrip heliks ganda sepanjang kabel
tersebut. Idenya adalah untuk menghindari air yang mengalir dimana pada kondisi
angin tinggi, dapat menyebabkan getaran pada kabel baja dan membahayakan
stabilitas jembatan tersebut.
Jumlah
kabel ini bervariasi. Pada bagian dekat dengan pylon terdiri dari 45 kabel
T 15s dan pada tengah bentang terdiri
dari 91 kabel T 15s. Kabel ini diangkerkan pada sumbu dari central reservation
dengan jarak angker masing-masing 12,51 m yang mengikuti curvature dari
struktur jembatan ini. Angker hidup dari kabel terletak pada deck dan diangker
mati pada pylon. Kabel baja dipasang oleh perusahaan Freyssinet.
Gambar 2.4.2. Kabel Jembatan dan Pengangkeran Kabel pada Deck Jembatan
d. Temporary Pier
Ketika jembatan Millau sedang didesain,
diestimasi bahwa diperlukan 7 buah intermediate
temporary pier di antara pier permanen,
agar pekerjaan deck dapat
dilaksanakan. Dua temporary pier terdekat
dengan abutment didirikan menggunakan crane,
tinggi keduanya hanya sekitar 12 m dan 20 m. Sedangkan kelima temporary pier dengan tinggi sekitar
87.5 m hingga 163.7 m didirikan dengan sistem pengangkatan hidrolis. Teknologi
ini dikembangkan oleh Enerpac. Temporary
pier ini berbentuk rangka baja K dengan penampang kotak 12 m x 12 m dimana
ukuran baja yang digunakan berdiameter 1.016 mm. Temporary pier tertinggi terletak di Pi2 dengan tinggi 173 m.
Gambar 2.4.3.
Temporay Pier Pi2 dengan Tinggi 173 m
e. Pompa hidrolis
Proses pengangkatan temporary
pier berlangsung sederhana, bantalan pendukung untuk silinder ditahan pada toothed rack oleh sebuah chock, sementara struktur pier bebas. Pengoperasiannya dikontrol
melalui software yang dilengkapi
segala jenis perangkat keamanan, dengan cara memompa minyak hidrolis pada
silinder, sehingga ram akan terangkat pada struktur pier dalam hal ini, silinder mengangkat struktur pier menuju slot toothed
rack yang berikutnya.
Gambar 2.4.4. Temporary
Pier Gambar
2.4.5. Pompa Hidrolis
Silinder
memiliki satu kali stroke sejauh
1100 mm, sedangkan
toothed rack
memiliki takikan setiap 1000 mm, sehingga masih
terdapat toleransi sebesar 100 mm
untuk
kondisi yang terkadang tidak memungkinkan. Setiap silinder hidrolis memiliki
kontrol masing-masing, dengan pilihan immediate locking dan sensor sebagai
perangkat keamanan.
Ketika
ketinggian yang dituju telah tercapai, struktur pier akan terkunci oleh chock
dan bantalan chock silinder dilepas. Ram dan badan silinder beserta bantalannya
dinaikkan secara bersamaan dengan segera kemudian dikunci pada toothed rack.
Dengan cara ini, baik struktur pier maupun mesin hidrolis, telah naik sejauh 1
m, proses ini akan terus dilakukan hingga elemen pertama melampaui struktur
mesin yang terkunci di bawahnya.
Bila
suatu elemen telah pada tempat yang direncanakan, sistem hidrolis dapat
diturunkan menggunakan crane. Kemudian elemen kedua dari pier dapat dipasang di
atasnya dan prosedur kembali berlangsung hingga keseluruhan temporary pier
selesai.
e.
Pembuatan deck
jembatan dengan prefabrikasi (
Mesin Otomatis)
Penampang melintang deck yang digunakan didesain oleh
EIFFEL. Dalam tahap pendesainannya memperhitungkan faktor prefabrikasi,
transportasi, perakitan dan pemasangan.
Deck ini dikirim ke lokasi dalam bentuk seperangkat elemen yang
terlepas-lepas yang terdiri dari :
a.
Central box girder
dengan
lebar 4 m dan tinggi 4,2 m
b.
Pengaku
berbentuk plat 3,75 m sampai 4,2 m
c. Side girder dengan
lebar 3.84 m
d.
Diaphragm
transversal
dari girder
Gambar
2.4.6. Penampang Melintang Deck
Proses pengerjaan dari deck ini
sebagai berikut :
1.
Dilakukan fabrikasi untuk elemen central
box girder (1,8,9,10), elemen deck (2,3,6,7)
dan lateral box girder (4) di pabrik
EIFFEL di Lauterbourg. Kemudian elemen deck
(2,3,6,7) dan lateral box girder (4) dibawa ke lokasi proyek.
2.
Untuk elemen central box girder (1,8,9,10) dibawa menuju pabrik EIFFEL di
Fos-sur- Mer.
3.
Dilakukan
perakitan dari central box girder di
Fos-sur-Mer.
4.
Kemudian
central box girder yang telah dirakit
dibawa ke lokasi proyek.
Untuk pembuatan 2078 elemen deck yang mulai dilakukan pada tahun
2004, EIFFEL melengkapi pabriknya dengan teknologi yang sangat canggih, di
antaranya :
·
Mesin pemotong dengan gas plasma yang
mampu mencapai suhu flame-oxygen mixture hingga 28000°C dengan sangat cepat mampu
memotong baja sepanjang 1,8 m per menit
dengan tingkat keakuratan yang tinggi
·
Dua
mesin las otomatis
Gambar
2.4.7. Mesin Las Otomatis
·
Auto-lifting
trailer yang mampu memikul hingga 160 ton
·
Automatic
laser tacheometers untuk mengecek ukuran dari deck.
Hingga
selesainya proyek jembatan ini dilakukan 2000 kali pengiriman elemen jembatan.
173 buah central box girder yang tiba
di Fos-sur-Mer dalam bentuk lepasan. Setelah proses perakitan selesai maka central box girder dikirim ke lokasi
proyek dengan panjang 15-22 m dan berat maksimum 90 ton dengan pengiriman 3
unit per minggu. Lateral girder dibawa
ke lokasi proyek dengan panjang 20-24 m dengan berat maksimum 40 ton
g. Surfacing
Untuk
menghadapi deformasi dari deck, permukaan jalan khusus telah disempurnakan oleh
tim peneliti Appia.Selain cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan deformasi
baja tanpa retak, permukaan harus tetap memiliki kekuatan yang cukup untuk
memenuhi kondisi jalan raya (fatique, adherence, kerapatan, tekstur,
anti-rutting,dll).
Gambar
2.4.8. Surfacing
Butuh
waktu dua tahun untuk menemukan formula yang sempurna untuk diimplementasikan
pada jembatan ini.
Beberapa
proses dilakukan sebelum surfacing. Penyemprotan bertekanan tinggi baja dengan
diameter satu milimeter (steel blasting) dilakukan untuk menghapus semua karat
dari deck. Sebuah bonding coat primer dicatkan pada baja sebelum meletakkan 4
mm tebal lapisan aspal yang termo-sealed pada 400 °C. Hal ini menjamin
perlindungan total terhadap semua risiko korosi.
Proses
surfacing jembatan Millau dilakukan oleh Appia, 21-24 September 2004. Proses
surfacing benar-benar halus dan tanpa satu rut, mengkover baja dengan lapisan
setebal 6,7 cm. Secara total, 9500 t dari beton bitumen diperlukan untuk
melapisi permukaan. Dua pusat produksi bahan surfacing dengan total kapasitas
380 t per jam yang dipasang khusus untuk tujuan ini dibangun sekitar dua belas
kilometer sebelah utara jembatan. Dua puluh lima truk digunakan menjamin
pasokan yang terus-menerus dari dua mesin finisher. Tidak ada hambatan dalam
pemasokan yang diperbolehkan untuk menghentikan proses surfacing ini.
h.
Canopy
Bangunan-bangunan yang digunakan untuk komersial dan tim teknis dari
jembatan dan tollgate terletak hampir 4 km utara dari struktur jembatan.
Tollgate
dilindungi oleh sebuah canopy dalam bentuk leaf of tendrilled concrete. Terdiri
dari 53 elemen (voussoirs), canopy memiliki panjang sekitar seratus meter dan
lebar 28 m. Beratnya sekitar 2.500 t.
Gambar
2.4.9.
Canopy
Pembangunan
canopy dari tollgate menggunakan beton kinerja tinggi, BSI Ceracem®. Beton ini
mengandung metal fibre yang memberikan kekuatan yang sangat besar. Ini belum
pernah digunakan dalam struktur lain yang seukuran ini.
Voussoirs
itu dituangkan di tempat khusus yang terletak di dekat utara dari abutment
jembatan. Dalam 6 bulan, dari Oktober 2003 hingga April 2004, 53 unsur dibuat.
Sebuah self- propelled truck dengan 500 tenaga kuda dan memiliki setidaknya 120
roda, digunakan untuk mengangkut voussoirs ke tempat pengerjaan tollgate.
Kemudian diambil oleh crane dengan kapasitas 500 t dan ditempatkan di posisi
masing-masing. Pada akhir Juni 2004, tollgate telah selesai dibangun.
i.
Instrumentasi dan Monitoring
Pier,
deck, pylon dan kabel dilengkapi dengan banyak sensor. Sensor dirancang untuk
mendeteksi gerakan sekecil apa pun jembatan dan mengukur ketahanan terhadap
keausan dari waktu ke waktu. Anemometer, accelerometer, inclinometers dan
sensor temperatur merupakan sebagian dari rangkaian alat pengukur yang
digunakan.
Gambar
2.4.10. Monitoring
Dua
belas optical fibre extensometer dipasang di dasar pier P2 yang merupakan pier
tertinggi dari jembatan, karena dianggap menerima tegangan paling besar. Sensor
ini mendeteksi gerakan hingga mikrometer. Extensometers listrik didistribusikan
ke seluruh ketinggian P2 dan P7. Alat ini dapat mengambil hingga 100 pembacaan
per detik. Dalam keadaan angin kencang, mereka memastikan pemantauan permanen
reaksi dari jembatan walaupun dalam kondisi cuaca ekstrim.
Accelerometers ditempatkan di deck
untuk memonitor semua osilasi yang mungkin mempengaruhi struktur. Gerakan deck
di abutments dimonitor hingga milimeter. Sedangkan untuk kabel,
kabel juga dimonitor
dan penuaan dianalisis
dengan teliti. Informasi yang dikumpulkan akan dikirim oleh
Ethernet ke komputer di ruang IT dalam bangunan pengelolaan jembatan yang
terletak di
dekat tollgate.
dekat tollgate.
Gambar
2.4.11. Peralatan yang Dipasang pada Struktur Jembatan untuk
Kebutuhan Pemantauan (Monitoring)
j.
Wind Screen
(Wind Screen)
yang mengurangi pengaruh "angin sebesar 50%," secara efektif
menyebabkan kecepatan angin di jembatan untuk mencerminkan orang-orang di tanah
(Net Resources International, 2011).
Gambar
2.4.12
Wind Screen
k.
Tower Crane
Gambar
2.4.13.
Tower Crane
Tower
crane merupakan pesawat pengangkat dan pengangkut yang memiliki mekanisme
gerakan yang cukup lengkap, yakni : kemampuan mengangkat muatan (lifting)
menggeser (trolleying), menahannya tetap di atas bila diperlukan dan membawa
muatan ke tempat yang ditentukan (slewing dan travelling). Operasi kerja yang
identik dan muatan yang seragam yang diangkutnya, memungkinkan fasilitas
transport dilakukan secara otomatis. Bukan hanya untuk memindahkan, melainkan
juga untuk proses bongkar muatan.
L.
Drop Hammer
Gambar 2.4.14 Drop Hammer
Alat
pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer
atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok
pemberat yang dijatuhkan dari atas.
Cara
kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan
kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer)
tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan
pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber),
cap ini biasanya terbuat dari kayu.
2.5. Permasalahan Konstruksi Millau Viaduct
(Eric/03011281722042)
Permasalahan
Pada Proyek Jembatan Viaduc de Millau
1.
Penentuan STA, Elevasi dan Perakitan
Jembatan (monolite)
Pembuatan jembatan ini memang menuntut tingkat akurasi dan kecermatan yang
luar biasa presisi. Kesalahan letak atau ukur satu sentimeter saja bisa
berakibat fatal. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam proses pembangunan
proyek ini.
Cara mengatasi permasalahan ini adalah membuat perencanaan yang matang dengan menggunakan teknologi alat ukur yang presisi seperti GPS dll. Alat GPS ini digunakan pada berbagai sisi jembatan guna memastikan keakuratan pembangunan jembatan yang sedang dilaksanakan.
Gambar 2.5.1. Memeriksa Letak dan Ukuran Struktur.
2.
Longsor
Struktur tanah yang tidak rata karena berada didaerah pengunungan dan dekat
sungai mengakibatkan sering terjadi longsor (didaerah pengunungan) sehingga
perlu dilakukan stabilisasi tanah.
Masalah tersebut diatasi dengan melakukan pembongkaran tanah atau material
yang ada di lokasi serta kemudian menggantinya dengan yang lebih sesuai. Kemudian
Meningkatkan sifat tanah yang ada di lokasi sehingga dapat lebih baik dan
memenuhi syarat untuk dilaksanakannya konstruksi.
Gambar 2.5.2. Landslide (National Geographic)
Gambar 2.5.3. Proses pembongkaran Tanah tidak stabil (National Geographic)
Asumsi kecepatan angin
di muka tanah tidak sama dengan kecepatan
angin yang bekerja pada jembatan. Masalah ini muncul setelah jembatan
hampir selesai dengan kenyataan bahwa
kecepatan angin di atas jembatan adalah ±151 km / jam, yang secara signifikan
lebih dari kecepatan angin yang akan ditemukan di permukaan tanah (Net
Resources International, 2011). Ini akan menyebabkan masalah serius dikemudian
hari untuk pengemudi di jembatan karena
kecepatan angin yang tinggi akan mendorong kendaraan ke samping, membuat
mengemudi menjadi berbahaya.
Masalah pada saat
pembangunan ini diselesaikan dengan pembangunan bersegmen dengan material
bermutu baik yang diproduksi oleh pabrik (Fabrikasi). Selain mengurangi beban
horizontal, pembangunan bersegmen juga bertujuan menjaga mutu beton yang digunakan. Pembangunan
bersegmen ini juga menggunakan temporary pier sebagai alat bantu
penopang struktur sementara.
Masalah setelah diatasi
dengan dimasukkannya layar angin (Wind Screen) yang mengurangi pengaruh
"angin sebesar 50%," secara efektif menyebabkan kecepatan angin di
jembatan untuk mencerminkan orang-orang di tanah (Net Resources International,
2011).
Gambar 2.5.4. Pembangunan Bertahap
Gambar 2.5.5. Pemasangan Wind Screen
Jembatan
Viaduc de Millau yang melintasi sungai akan mengakibatkan masalah geoteknik dan
masalah estetika. Permasalahan ini timbul sebelum pengerjaan jembatan. Hal ini
telah dipertimbangkan saat studi kelayakan. Banyak pertimbangan yang telah ada
dibuat kemudian dipilih penyelesaian paling optimal.
Dalam studi awal, empat opsi potensial
diperiksa:
1.
Great Eastern ( Prancis : grand Est ) ( rute kuning ) - melewati
timur Millau dan
melintasi lembah Tarn dan Dourbie di
dua jembatan yang sangat tinggi dan panjang (rentang 800 dan 1.000 meter atau
2.600 dan 3.300 kaki) yang konstruksinya diakui. menjadi bermasalah. Opsi
ini akan memungkinkan akses ke Millau hanya dari dataran tinggi Larzac ,
menggunakan keturunan panjang dan berliku dari La Cavalerie . Meskipun opsi ini lebih pendek dan lebih cocok untuk melalui lalu
lintas, itu tidak memuaskan melayani kebutuhan Millau dan wilayahnya.
2.
Great Western ( Prancis : grand Ouest ) ( rute hitam ) - lebih panjang dari
opsi timur sejauh 12 kilometer (7,5 mi), mengikuti lembah Cernon . Secara teknis lebih mudah
(membutuhkan empat jembatan), solusi ini dinilai memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan, khususnya di desa-desa Peyre dan
Saint-Georges-de-Luzençon yang indah. [ rujukan? ] Itu
lebih mahal daripada opsi sebelumnya, dan melayani daerah dengan buruk.
3.
Dekat RN9 ( Prancis : proche de la RN9 ) ( rute merah ) - akan melayani kota
Millau dengan baik, tetapi menghadirkan kesulitan teknis, dan akan
memiliki dampak kuat pada struktur yang ada atau yang direncanakan.
4.
Intermediate ( Prancis : médiane ), sebelah barat Millau ( rute biru )
- didukung oleh pendapat lokal, tetapi menghadirkan kesulitan geologis,
terutama pada masalah melintasi lembah Tarn . Investigasi ahli menyimpulkan bahwa hambatan ini tidak dapat
diatasi.
1.
solusi tinggi, bayangkan jembatan sepanjang 2.500
meter (8.200 kaki) lebih dari 200 meter (660 kaki) di atas sungai;
2.
solusi rendah, turun ke lembah dan menyeberangi sungai
di jembatan sepanjang 200 meter (660 kaki), kemudian jembatan di atas 2.300
meter (7.500 kaki), diperpanjang oleh sebuah terowongan di sisi Larzac .
Setelah
studi konstruksi yang lama oleh Kementerian Pekerjaan Umum, solusi rendah
ditinggalkan karena akan memotong permukaan air , berdampak negatif pada kota, biaya
lebih tinggi, dan memperpanjang jarak mengemudi. Pilihan solusi 'tinggi'
diputuskan melalui keputusan menteri pada tanggal 29 Oktober 1991.
Setelah
memilih jembatan tinggi, lima tim arsitek dan peneliti bekerja
pada solusi teknis. Konsep dan desain jembatan
dibuat oleh perancang dan
insinyur struktur Prancis Dr
Michel Virlogeux . Dia bekerja dengan perusahaan
teknik Belanda ARCADIS ,
yang bertanggung jawab untuk rekayasa
struktural jembatan.
Masalah menyeberangi Sungai Tarn diselesaikan dengan menempatkan
pilar-pilar yang menutup ke sungai cukup jauh dari tepi air untuk mencegah masalah
geoteknis terjadi karena kelembutan fondasi tanah di sekitar
sungai. Kedua, pemilihan rute yang dikenal sebagai rute
“Median” untuk jembatan memecahkan masalah geoteknis karena tidak harus
menghilangkan tanah dalam jumlah besar untuk terowongan dan menempatkan pilar
di lereng serta mengurangi efek ke atmosfer yang menyenangkan mata yang
kota-kota Peyre dan St. Georges de Luzencon memberikan(L'UCCIMAC,
2011) .
Tantangan lain dalam proyek ini adalah menentukan bagaimana pemasangan
jembatan akan diletakkan di atas pilar. Beberapa metode di mana digunakan
pada saat yang sama untuk memungkinkan penempatan Decking pada
pilar. Metode pertama membahas masalah mendapatkan beberapa ton beton dari
satu pilar ke pilar berikutnya. Ini dilakukan dengan menggunakan ratusan
silinder hidrolik tekanan tinggi, pompa dan sistem pengangkat yang disinkronkan
dengan PC", yang dirancang oleh Enerpac, untuk secara perlahan memindahkan
penghiasan dari satu pilar ke pilar lainnya (Net Resources International,
2011). Karena berat decking menyebabkannya menekuk ke bawah karena jarak
di antara celah antara pilar-pilar meningkat, sesuatu harus dilakukan untuk
membawa decking kembali ke tingkat yang tepat yang diperlukan untuk
menempatkannya di bagian terjauh dari dua pilar. Metode terakhir untuk
membantu menempatkan decking adalah menciptakan "menara pendukung"
sementara antara setiap pilar untuk membantu mendukung deck ketika dipindahkan
ke pilar yang akan ditempatkan (Enerpac, 2011). Menara sementara besar ini
diangkat ke tempatnya oleh “peralatan teleskopik hidrolik” yang dirancang oleh
Enerpac (Reed, 2011). Metode terakhir untuk membantu menempatkan decking
adalah menciptakan "menara pendukung" sementara antara setiap pilar
untuk membantu mendukung deck ketika dipindahkan ke pilar yang akan ditempatkan
(Enerpac, 2011). Menara sementara besar ini diangkat ke tempatnya oleh
“peralatan teleskopik hidrolik” yang dirancang oleh Enerpac (Reed, 2011). Metode
terakhir untuk membantu menempatkan decking adalah menciptakan "menara
pendukung" sementara antara setiap pilar untuk membantu mendukung deck
ketika dipindahkan ke pilar yang akan ditempatkan (Enerpac, 2011). Menara
sementara besar ini diangkat ke tempatnya oleh “peralatan teleskopik hidrolik”
yang dirancang oleh Enerpac (Reed, 2011). Masalah ini juga diselesaikan dengan
metode ILM yang dibahas pada metode pelaksanaan proyek.
Gambar 2.5.6. Incremental Launching (Bridgepros, 2011)
Selain penggunaan Menara
sementara, penggunaan material baja modern juga dapat membantu perletakan
decking.
Gambar 2.5.7. Temporay Pier Pi2 dengan Tinggi 173 m
6.
Cuaca
Cuaca juga menyebabkan
surveyor kesulitan dalam menentukan komponen-komponen yang dibutuhkan dalam
pelaksaan konstruksi. Akibatnya pekerjaan menjadi tertunda dan menambah panjang
durasi Proyek. Untuk mengatasi masalah ini surveyor menggunakan bantuan GPS.
Menurut salah satu surveyor penggunaan GPS telah merevolusi cara kerja mereka.
Keuntungan dari penggunaan GPS ini yaitu, keandalan, ketepatan dan kemudahan
penggunaan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menempatkan suatu komponen
paling lama 15 menit, dimana tanpa menggunakan metode ini untuk menentukan
lokasi suatu komponen membutuhkan waktu satu setengah jam. Perencanaan yang
baik dapat mempersingkat durasi Proyek dan memperbaiki kurva S proyek seperti
semula.
7.
Pendanaan
Masalah lain dengan desain dan implementasi Millau Viaduct adalah di mana
mendapatkan dana untuk proyek tersebut. Masalah ini diselesaikan oleh
perusahaan konstruksi swasta Eiffrage yang "secara pribadi
mendanai jembatan tersebut dengan imbalan kontrak operasi 75
tahun" (Palmquist, 2005). Ini berarti bahwa Eiffage akan diizinkan
untuk mengumpulkan uang yang dihasilkan dari tol untuk menyeberangi jembatan
selama 75 tahun berikutnya setelah pembukaannya.
Berikut adalah masalah masalah umum
pada suatu Proyek:
1.
Dalam tahap perencanaan, terdapat beberapa
permasalahan yang ada, diantaranya yaitu:
A
Pelaksanaan Feasibility Study (FS) yang
kurang baik, sehingga informasi yang diperoleh menjadi sedikit dan akan
berpengaruh untuk desain jembatan yang dipilih.
B
Pengambilan nilai-nilai dan asumsi untuk
melakukan desain jembatan, dimana setiap nilai yang dimasukan kedalam
perhitungan desain sebagai faktor yang dapat mempengaruhi desain jembatan
tersebut. Nilai-nilai yang biasanya dijadikan dasar dalam desain jembatan
bentang panjang sepeti kondisi tanah, kecepatan angin, kegempaan, tipikal
lalulintas kendaraan yang melintas, dan lain-lain. Seringkali nilai-nilai
tersebut tidak didapatkan secara langsung.
C
Asumsi nilai proyek yang sangat tinggi,
dimana hal ini dipengaruhi oleh kekurangan informasi dilapangan akibat dari
kekurangan informasi dilapangan (seperti: asumsi waktu pelaksanaan, harga/biaya
setiap item pekerjaan).
D
Kurangnya sumber daya manusia yang baik
dalam hal melakukan desain jembatan bentang panjang.
E
Aplikasi teknologi jembatan bentang
panjang yang tidak didukung dengan penelitian yang disesuaikan dengan kondisi.
2.
Pada tahap lelang, terdapat beberapa
permasalahan yang ada, yaitu;
A
Metode pelaksanaan proyek jembatan bentang
panjang yang tidak disampaikan secara detail kepada peserta lelang, sehingga
menyebabkan kesalahan dalam melakukan penawaran harga.
B
Informasi mengenai penggunaan teknologi
jembatan yang tidak didefinisikan secara baik.
3.
Pada tahap pelaksanaan terdapat beberapa
permasalahan yang ada, yaitu:
A
Terjadinya keterlambatan pengiriman
material ke site akibat lokasi proyek yang jauh.
B
Selimut beton yang terlalu tipis, terutama
pada bagian bawah gelagar jembatan (cor ditempat) akibat kesalahan pada saat
pemasangan bekisting.
C
Terjadinya segregasi pada beton akibat
kesalahan prosedur pada saat pengecoran dilapangan.
D
Proses penarikan tendon/kabel dilapangan
yang kurang baik.
E
Proses curing beton tidak dilakukan dengan
baik, sehingga menyebabkan terjadinya retak susut pada yang dapat mempercepat
proses terjadinya korosi pada tulangan beton.
F
Kesalahan prosedur dalam pemerapan metode
pelaksanaan dilapangan.
G
Kerusakan pada lingkungan sekitar
pembangunan proyek jembatan.
4.
Pada tahap operasi dan pemeliharaan
terdapat beberapa permasalahan yang ada, yaitu:
A
Akses pemeriksaan yang sulit/ tidak
tersedia, sehingga akan menyulitkan pemeriksa untuk melakukan obervasi
kerusakan.
B
Tidak dilakukannya perbaikan pada
kerusakankerusakan minor, yang dapat memicu terjadinya kerusakan yang lebih
besar, seperti retak pada beton, dan karat pada tulangan beton.
C
Vandalisme pada peralatan monitoring
jembatan, sehingga early warning system tidak dapat berjalan dengan baik.
2.6. Aspek Keselamatan Konstruksi dan Operasional Millau Viaduct
(Eric 03011281722042)
Aspek Keselamatan Konstruksi
1.
Resiko Keselamatan Pekerja
Strategi untuk mengurangi
resiko keselamatan kerja telah direncanakan sejak awal. Manajer proyek yang
bertanggung jawab atas pembangunan jembatana Millau de viaduct telah mengurangi kemungkinan seorang pekerja
terluka pada tempat kerja. Dengan menggunakan material bangunan prefabricating,
Pekerja dapat mengurangi waktu kerja yang berlangsung secara continue sehingga
resiko keselamatan kerja menurun dibandingkan dengan material bangunan cast in
situ. Kemampuan untuk meminimalkan risiko cedera dengan strategi ini
dimungkinkan karena baja dipilih sebagai bahan konstruksi daripada beton. Tidak
hanya inovasi ini memungkinkan jadwal konstruksi yang ditingkatkan, itu
bertindak sebagai pendorong untuk mengurangi risiko. Dalam proyek konstruksi,
sangat penting bahwa manajer proyek mempertimbangkan pabrikasi hasil kerja
dalam risiko mereka menganalisis sebagai strategi untuk mengurangi bahaya bagi
pekerja. Ketika pelajaran ini dimasukkan ke dalam desain dan perencanaan proyek
awal, salah satu risiko paling signifikan dalam konstruksi diminimalkan.
2.
Monitoring for early risk detection
Meskipun ada rencana
tertentu di awal proyek bersama dengan seorang ahli komite, pemantauan terus
menerus proyek berlangsung dan kontrol dilakukan dalam setiap periode waktu
tertentu untuk memastikan bahwa konstruksi berada di jalur yang benar sesuai
dengan pertimbangan desain arsitektur, lanscape dan lingkungan.
Pertemuan difokuskan pada analisis risiko setiap fase dimasa yang akan datang.
Proyek Millau Viaduct bersama dengan pemantauan terus menerus melalui SETRA
untuk menemukan kesalahan perhitungan atau perubahan, juga melibatkan komite
ahli kedua untuk memastikan pemenuhan kontrak dan daya tahan infrastruktur
dipertahankan. Pakar kedua ini komite memiliki spesialis dari semua bidang yang
terlibat sehingga pada setiap tahap, proyek dipastikan bahwa itu dibawah
kendali dan terkontrol. Spesialis bahkan meninjau ketekunan lansekap dan
lingkungan sebagai salah satu rencana awal adalah menjaga lingkungan dengan
menggunakan 1% dari biaya proyek pengembangan lanskap dan strategi kompensasi
juga diambil untuk properti masyarakat lokal. Strategi pemantauan berkelanjutan
yang diterapkan dalam proyek ini memungkinkan Eiffage untuk mengkompensasi
keterlambatan kecil dan mengirimkan proyek tiga bulan lebih awal. Strategi ini
harus diadopsi dalam proyek masa depan untuk memastikan bahwa risiko yang
menjadi kenyataan terdeteksi sejak dini mencegah penyebaran efek.
3.
Penggunaan APD (Alat Perlindungan diri)
Dalam bidang konstruksi,
ada beberapa peralatan yang digunakan untuk
melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan
bisa terjadi dalam proses konstruksi.
Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang
yang bekerja dalan suatu lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib
digunakan oleh seseorang yang bekerja
dalam suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak
banyak yang menyadari
betapa pentingnya peralatan-peralatan ini
untuk digunakan.
Aspek Keselamatan Operasional
1.
Fitur Keamanan dan Keselamatan pada Jembatan
Pusat operasi terletak 4
km dari Millau Viaduct. Dari stasiun kontrol keselamatan, yang merupakan menara
kontrol sejati, lalu lintas di jembatan terus dimonitor. Itu di sebelah gerbang
tol dan merupakan pusat saraf struktur.
Viaduct dioperasikan
menggunakan teknologi mutakhir. Informasi yang disediakan oleh lusinan sensor
yang tertanam di permukaan jalan, dermaga, dek, tiang, dan tempat tinggal juga
dipusatkan di sana, memastikan keselamatan pengendara dalam segala kondisi
cuaca.
Gambar 2.6.1. Fasilitas Kamera Jembatan
Millau Viaduct
Gambar 2.6.2. Wind
Screen
Jembatan Millau Viaduct
dilengkapi dengan sensor dan perangkat spesifik yang memungkinkan. Berikut ini control yangdilakukan:
1.
Pemantauan lalu lintas
2.
Pengukuran kecepatan angin
3.
Deteksi fenomena yang licin
4.
Pemantauan berkelanjutan terhadap
parameter berikut:
a. Membuka
extension joints dipenyangga
b. Rata-rata
udara dan dek suhu
c. kelembaban
dek baja relatif
d. suhu
permukaan trotoar
Semua pengukuran ini
dapat dilihat langsung dalam ruang control dan operasi di stasiun tol
Saint-Germain 6 km sebelah utara dari viaduct. Pemantauan berbagai kontral
diukur dan ditampilkan di layar dalam bentuk digital dan grafik. Tampilan ini
memungkinkan ambang tingkat kewaspadaan diamati dengan cermat. Sebuah
peringatan dikeluarkan jika pada operasional jembatan batas yang ditentukan
sebelumnya sudah melebihi.
Untuk mengawasi penuaan
struktural pada jembatan, jembatan ini dilengkapi dengan
instrumen yang mendukung.Berikut
ini hal yang harus untuk
dipantau:
1.
Pondasi : Pengukuran tinggi dilakukan
dengan meratakan langsung dan pengukuran yang dengan skala yang besar dengan
inclinometer yaitu alat instrumen monitoring
geoteknik yang memiliki fungsi membaca pergerakan tanah (kemiringan tanah).
2.
Pilar-pilar : Ujung dermaga P1 dan P7
terdapat sensor inklinometrik dengan pengukuran berkelanjutan melalui sistem
pemantauan. Pengukuran deformasi pilar dilakukan dengan ekstensometer untuk
diikuti adanya creep pada beton, dan suhunya diukur untuk menilai efek
dari gradien termal melintang.
3.
Deck
: Pengukuran penjajaran vertikal (of spans and supports) diambil. Dek dan suhu
udara diukur, serta udara kelembaban di dalam box-girder. Pengukuran
akselerometer adalah dilakukan jika ambang batas kecepatan angin disalip.
4.
Cable stays:
Pemantauan redaman di enam kabel instrument tetap di sisi selatan P3 tiang dan
ketegangan di untaian dilengkapi dengan sel pengukur.
5.
Perpindahan pada sambungan ekspansi di
abutment : Setiap sambungan ekspansi dilengkapi dengan sepasang sensor untuk
memantau deformasi dek dan perpindahan yang berhubungan dengan abutment.
2.
Aturan
Keselamatan dan Keamanan pengendara
Sementara jembatan itu
sendiri dirancang untuk menahan angin, kendaraan yang menggunakan struktur
mungkin masih merasakan efeknya. Viaduct dilengkapi dengan penahan angin untuk
melindungi kendaraan dari hembusan angin. Struktur setinggi 3 meter yang
terbuat dari bahan transparan mengurangi efek angin sambil memberi pengendara
kesempatan untuk melihat lembah.
Tersedia serangkaian
prosedur keselamatan untuk memastikan keselamatan pengendara. Ketika angin
mencapai 90 km / jam, truk dan karavan harus mengurangi kecepatannya. Pada 110
km / jam, mereka dilarang dari jembatan, dan melebihi 140 km / jam jembatan
ditutup. Sejak dibuka, jembatan tidak pernah ditutup untuk lalu lintas karena
alasan ini.
Jika kendaraan mogok,
parkirlah mobil pada jalur darurat, keluar dari kendaraan Anda di sisi kanan,
berjalan di belakang penghalang keselamatan, lalu memberi tahu layanan darurat
di salah satu titik panggilan darurat. Mereka ditempatkan setiap 500 m. Selain
itu, kamera yang terhubung ke sistem deteksi insiden otomatis segera
mengidentifikasi kendaraan yang berhenti dan mengirim sinyal peringatan ke
stasiun kontrol pemantauan.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Viaduc
de Millau memiliki total panjang 2460 m dan lebar adalah 32 m.
2.
Terdiri
atas 8 bentang atau spans dan 7 buah tiang jembatan / piers.
3.
Terpanjang
bagian antara kolom diukur 342 m.
4.
Tinggi
tiang tertinggi adalah 343 m. Tinggi pylon adalah 87 m.
5.
Tebal
jalan 4.20 m dan lebar deck adalah 27,35 m.
6.
Total
beton yang digunakan adalah 227.000 ton dan baja yang digunakan 39.700 ton.
DAFTAR PUSTAKA
Leviaducdemillau.com. 2020. Bienvenue Sur Viaduc De
Millau | Un Ouvrage, Un Patrimoine | Viaduc De Millau | Un Ouvrage, Un
Patrimoine. [online] Dapat
diakses di: <https://www.leviaducdemillau.com/fr> [Diakses pada 6 April 2020].
Suanda, B.,
2011. Metode Pelaksanaan Jembatan Le Viaduc De Millau. [online]
Manajemen Proyek Indonesia. Dapat diakses di: <http://manajemenproyekin donesia.com/?p=618> [Diakses pada 2 April 2020].
Supriyadi, B. dan Muntohar, A., 2000.
Jembatan. Yogyakarta: FT Universitas Gadjah Mada.
Cassidy, Harness. 2015. Millau Viaduct
,Tallest Bridge in The World, Natural Documentary, National Geographic, D
National Geographic. https://www.youtube.com/watch?v=_YQNPg2_YRs.
( Diakses 5 April 2020)
Schlosser, F., Servant, C., Guilloux, A. and Bergere,
A., 2013. Millau viaduct geotechnical
studies and foundations. Journal of
Rock Mechanics and Geotechnical Engineering, 5(3), pp.243-247.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar